Usaha kecil dan menengah (IKM) menghadapi masalah kenaikan harga kedelai. Namun, situasi ini tampaknya mendorong Gabungan Wanita Tempe dan Sentra Industri Keripik Tempe Sanan berinovasi untuk meningkatkan produktivitas pembuat tempe secara higienis dan efisien.
Kreativitas telah berhasil mengubah ampas kedelai menjadi berbagai olahan tempe. Mulai dari kedelai, ampas, kulit, dan air rebusan dari kedelai juga digunakan. Trinil Triwahini, Ketua Tim Gerakan (TP) PKK di Desa Sanan
, mengatakan pihaknya memimpin dalam memproduksi berbagai jenis olahan kedelai dalam menanggapi kenaikan harga kedelai di sawah.
Di antaranya, air rebusan kedelai diinovasi sebagai Natadesoya, dan ampas kulit kedelai digunakan untuk produksi kerupuk dan olahan kue. Selanjutnya, gunakan silky pudding, brownies, cookies, dan makaroni untuk membuat kulit kedelai.
“Alhamdulillah bisa menginspirasi PKK di tingkat kota baik di Kampung Sanan maupun Malang dengan inovasi ini,” ujarnya.
Serangkaian inovasi ini terbukti mampu mengantarkan Kampong Sanan meraih kemenangan di tingkat Kota Malang bahkan di tingkat nasional. Diantaranya, kami telah menambahkan juara I tingkat nasional kategori Wisata Belanja, juara II Desa Tematik Kota Malang, dan juara Terpopuler Festival Masak Tempe dan Acara Keripik Tempe, Trinil.
Selain itu, tepung tempe juga diolah dan digunakan sebagai stik tempe, mendol, kue coklat, kue pelangi dan biskuit. Selain itu, Tempe Pelangi dan Tempe Karakter memiliki inovasi untuk menghadapi anak-anak yang tidak mau makan. Dalam bentuk binatang dan boneka. Sayangnya, inovasi ini belum dijual karena pandemi COVID-19.
“Saat ini tempe tidak hanya digoreng tetapi juga diolah, dan ada pula yang dibuat dari buah naga dan bunga terran. Saya sudah mempresentasikan ini kepada orang-orang yang terlibat, tetapi ini masih pandemi, jadi saya belum menjualnya. Biasanya dipamerkan dan dijual di Festival Keripik Tempe dan Tempe,” imbuhnya.
Sementara itu, Widayati Sutiaji, Ketua PKKTP Malang, mengucapkan terima kasih karena telah membuat berbagai karya baik dari olahan kedelai maupun tempe. Menurutnya, pandemi ini lesu dan bukan waktu yang tepat untuk menurunkan produktivitas. Sebaliknya, mereka didorong untuk lebih kreatif dalam berkreasi dan berinovasi.
" PKK di kota Malang, pandemi selalu produktif, tapi pandemi bukan halangan. Apalagi pengurus PKK kita luar biasa. Saat ini, tempe tidak hanya menikmati yang asli, tetapi sudah memiliki gradasi warna ungu hingga biru. Ini benar-benar menakjubkan.”